Indonesia-Jepang kembangkan aplikasi mobile tanggap bencana
Selain Jepang, Indonesia juga merupakan negara yang sering terkena
bencana alam, oleh karenanya Institute of International Studies
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bersama Universitas Osaka Jepang dan PT Gamatechno bekerja sama meluncurkan aplikasi tanggap bencana.
Aplikasi ini merupakan sistem komunikasi tanggap bencana yang cukup
praktis karena dapat dioperasikan dengan menggunakan perangkat mobile
sebagai sarana input data.
Diklaim sebagai aplikasi tanggap
bencana via perangkat mobile pertama dunia, salah seorang pengembangnya
dari Osaka University, Stefano Sukamoto menjelaskan bahwa dengan
dibuatnya aplikasi tersebut, maka nantinya diharapkan bantuan juga dapat
lebih cepat sampai di lokasi yang terkena bencana.
"Dengan aplikasi
yang pertama kali di dunia ini, kami harapkan bantuan bisa menyeluruh
dalam waktu satu hingga dua hari,"kata Sukamoto yang merupakan inisiator
sistem itu, seperti dikutip dari Antara (04/03).
Meski demikian, ia
mengakui aplikasi itu masih membutuhkan kritik serta pengembangan lebih
lanjut. Dengan aplikasi itu diharapkan kerja sama Indonesia-Jepang
dalam kebencanaan dapat terjalin kembali.
"Ini belum sempurna. Ini langkah pertama kami," kata Sukamoto.
Manager Riset dan Bisnis Development PT Gamatechno UGM, Novan Hartadi
dalam peluncuran itu mengatakan aplikasi yang dikembangkan sejak Oktober
2013 itu memiliki kelebihan dengan perolehan data berbasis lokasi.
"Jadi nanti bagi yang terdampak bencana bisa langsung memencet tombol
saja melalui smartphone, sekaligus sebagai penyumbang data," kata Novan.
Menurut dia, saat bencana terjadi, para pengguna aplikasi yang telah
terdaftar dapat membantu mengirimkan informasi melalui aplikasi itu.
Aplikasi itu dapat diunduh di Google Playstore.
Dalam aplikasi itu
antara lain disediakan pertanyaan dan jawaban yang dapat pilih oleh
pengguna dengan tujuan merefleksikan keadaan saat itu.
"Data yang
terkumpul kemudian dikelompokkan dan divisualisasikan ke dalam sebuah
peta yang mengindikasikan wilayah yang rusak dengan titik berwarna
merah, kuning dan hijau," kata dia.
Dengan informasi yang terkumpul,
badan-badan kebencanaan seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI) dapat melakukan identifikasi
daerah terkena bencana.
"Dengan demikian mereka (badan kebencanaan) dapat membuat prioritas dalam pengiriman bantuan,"kata dia.
Manager Institute of International Studies (IIS) Universitas Gadjah
Mada (UGM), Maharani mengatakan sebagai proyek percontohan, pihaknya
akan menyasar civitas akademika UGM khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIPOL) untuk menggunakan aplikasi itu.
"Kami sudah
bicara dengan Dekan FISIPOL bahwa kami akan meminta karyawan, mahasiswa,
serta dosen untuk mengujicoba aplikasi itu,"kata dia.
Menurut
Maharani apabila proses uji coba yang dilakukan mulai Maret hingga
Agustus 2014 berhasil, maka diharapkan dapat dikembangkan agar dapat
digunakan dalam skala yang lebih besar.
Sementara itu, Kepala bidang
program TRC BPBD DIY, Krisnadi Setiawan mengusulkan agar relawan
penyumbang informasi bencana itu tidak dilakukan secara perorangan,
melainkan kolektif. Sukarelawan yang dipilih menurut dia harus terjamin
kredibilitasnya sehingga setiap informasi yang disampaikan dapat
dipertanggungjawabkan.
"Kalau boleh jujur kami sebenarnya tidak
kekurangan, melainkan kelebihan informasi terkait informasi bencana,
beberapa di antaranya ada yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,"kata
dia.(merdeka/5/3/14)
Indonesia-Jepang kembangkan aplikasi mobile tanggap bencana
Wednesday, March 5, 2014 on
No comments:
Post a Comment